e-Fishery, Inovasi Baru Budidaya Ikan dengan Teknologi

Memadukan Internet of Things (IoT) dengan budidaya ikan terdengar mustahil. Tetapi tidak bagi e-Fishery, sebuah startup asal Bandung yang membuat alat pakan ikan otomatis dan terhubung dengan ponsel pintar dan internet. Tidak hanya memberi pakan, dengan alat ini peternak juga bisa memantau performa dari pertumbuhan ikan.

iGrow Mudahkan Masyarakat Berinvestasi di Pertanian

Bayangkan permainan Farmville dalam sebuah kehidupan nyata. Itulah bagaimana platform iGrow bekerja. iGrow memungkinkan orang-orang untuk dapat bertani tanpa harus memiliki lahan ataupun kemampuan dalam bercocok tanam. Melalui dashbord yang dikembangkan, tersaji pilihan benih dan lahan yang dapat dijadikan investasi untuk ditanam. iGrow bekerja sama langsung dengan para petani dan pemilik lahan. Sistem akan mengakomodir Sertifikat Kepemilikan Pohon (SKP) untuk penggunanya. Secara umum iGrow menyebut layanan tersebut sebagai Kepemilikan Kebun Produktif (KKP).

Pengguna mendaftar, memilih lahan dan pohon, lalu menginvestasikan sejumlah uang untuk proses pertaninan, lahan digarap dan ketika panen langsung dijual. Hasil penjualan tersebut dibagi dengan persentase 40 persen untuk pengguna layanan, 40 persen untuk rekanan pengelola kebun, dan 20 persen untuk iGrow. Demikian cara kerja transparan sistem iGrow. Saat ini telah dimiliki 4 lahan besar di Jawa dan Bali, dan pihak iGrow juga sedang mengupayakan kerja sama dengan pemilik lahan. Karena menurut iGrow minimal lahan harus lebih dari 1000 hektar agar bisnis berjalan efektif.

iGrow diinisiasi oleh Startup Center dan Badr Interactive. Dalam sesi wawancara bersama DailySocial, Andika Amri selaku pengembang portal dan tim inti iGrow menyebutkan bahwa layanan ini memiliki visi untuk melestarikan kehidupan.

Mereka fokus pada penggarapan lahan kosong sehingga petani yang mengerjakan lahan dapat hidup lebih sejahtera, karena petani yang terdaftar sebagai rekanan iGrow akan digaji bulanan, Amri menyebutkan sekurangnya gaji para petani 3 juta Rupiah per bulan. Hal ini untuk menumbuhkan semangat dan rasa kepemilikan dari tanaman dan lahan yang mereka garap.

Saat ini sudah ada lebih dari 800 pengguna yang berinvestasi di iGrow. Untuk memaksimalkan kualitas saat ini juga sedang membatasi order, karena sedang mengupayakan pengembangan platform dan sumber daya di lapangan. Untuk menjamin tanaman yang diinvestasikan pengguna panen dengan sukses, selain pendekatan menyejahterakan petani, tim iGrow juga memiliki rekanan strategis di bidang pertanian untuk memastikan proses bercocok tanam dan panen dilakukan secara benar.

Menariknya banyak perusahaan yang langsung membeli ketika kebun sudah mulai memanen, seperti tanaman kacang langsung dibeli GarudaFood, produk buah oleh Carrefour, dan sebagainya.

Saat ini iGrow juga sedang mengembangkan Balai Akademi Produksi, untuk memaksimalkan return of investment dari pengguna, yakni dengan memaksimalkan pemrosesan limbah pertanian. Termasuk mengelola hasil atau kulit olahan buah tertentu menjadi pupuk atau yang lain. Melalui balai ini, dipastikan berbagai komponen hasil pertanian akan mampu bernilai ekonomis. Tim iGrow selalu menekankan bahwa misi utamanya bukan hanya sekedar untuk menjadi sebuah portal bisnis komersial, namun memang benar-benar untuk menumbuhkan pertanian di Indonesia, dan kesadaran masyarakat akan pentingnya ekosistem pertanian lokal.

Memang unik pendekatan yang dilakukan iGrow. Hal ini terbukti dengan cerita Amri saat melakukan pitching di Startup Instanbul Turki. Ia menceritakan dari 100 startup yang menjadi finalis, iGrow adalah satu-satunya yang bergerak di bidang agrobisnis dan mendapatkan perhatian luar biasa. Kendati demikian saat ini belum ada investor resmi yang menyokong pendanaan iGrow, Amri mengatakan bahwa sekurangnya untuk mengembangkan bisnis dan visinya di seluruh penjuru Indonesia iGrow membutuhkan investasi sebesar $3 juta. Pihaknya saat ini terbuka untuk investor yang bersemangat mendukung bisnisnya.

Tidak hanya untuk membeli tanaman dan lahan, iGrow juga menyediakan dashboard untuk pemantauan hasil pertanian ysng menyajikan informasi real-time pohon yang sedang di tanam, kondisi lahan, hingga berapa banyak karbondioksida (CO2) yang berhasil terserap olehnya.

Indonesia butuh banyak startup seperti ini. Sebagai negara yang subur, potensi pertanian Indonesia harus dimaksimalkan. iGrow sebagai penghubung dan kanal untuk investasi di bidang pertanian menjadi salah satu awal baik untuk inovasi di bidang pertanian yang harus terus dioptimalkan.

iGrow juga memiliki impian. Ketika berhasil di Indonesia nanti ia akan membuat gerakannya mendunia. Mengajak orang di seluruh dunia untuk bertani, menyejahterakan masyarakat dunia dengan ketersediaan pangan yang melimpah.

sumber: daily social

Kementan Proritaskan Program Perbenihan Hortikultura dan Perkebunan pada 2018

KEMENTERIAN Pertanian (Kementan) akan memprioritaskan program perbenihan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2018. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyebutkan pemerintah siap menganggarkan dana sebesar Rp2,1 triliun khusus untuk perbenihan hortikultura dan perkebunan.

“Program itu kita fokuskan pada komoditas strategis yang berorientasi ekspor seperti lada, pala, cengkeh. Maluku itu daerah rempah-rempah, itulah alasan kenapa Belanda datang. Sekarang kita angkat kembali, gali potensi itu,” ujar Amran di Kantor Pusat Kementan, Jakarta, Selasa (30/5).

Anggaran sebesar Rp2,1 triliun tersebut nantinya akan dialokasikan untuk memproduksi benih-benih unggul dan diberikan secara gratis kepada petani.

Tercatat, produksi lada pada 2016 mencapai 82.167 ton, naik dari tahun sebelumnya yakni 81.501 ton. Adapun, produksi cengkeh dan pala masing-masing sebesar 139.522 ton dan 29.713 ton, menurun dari tahun sebelumnya 139.641 ton dan 33.711 ton.

Ia mengaku optimis program tersebut akan berhasil mengangkat komoditas strategis orientasi ekspor karena dalam dua tahun pertama. Pemerintah juga berhasil mengangkat produksi tanaman pangan seperti padi dan jagung sebagaimana telah direncanakan.

“Dua tahun lalu, kita fokus pada tanaman pangan, padi dan jagung, kini sudah capai target, tidak impor,” tutur Amran.

Selain fokus pada produksi rempah-rempah, Kementerian Pertanian juga akan memberikan prioritas kepada komoditas bawang putih.

Pada 2015, dengan luas tanam 2.000 hektare (ha), produksi bawang putih sebesar 20.295 ton, meningkat dari tahun sebelumnya 16.893 ton. Kendati ada kenaikan, jumlah tersebut masih sangat jauh dari kebutuhan yang mencapai 500 ribu ton per tahun.

“Rencana kita mungkin 5 sampai 10 tahun ke depan bisa swasembada bawang putih. Tetapi, kalau kami mendapatkan tambahan anggaran pada tahun ini, 2019 sudah bisa swasembada,” terangnya.

Amran menyebutkan pihaknya telah menyampaikan usulan untuk diberikan tambahan alokasi khusus sebesar Rp1 triliun untuk produksi bawang putih.

“Itu buat benih karena benihnya mahal. Kita berdoa saja, ini baru usul. Kita ikut saja tetapi makin cepat makin bagus,” ucapnya.

Amran menargetkan, pada 2019, luas tanam bawang putih akan mencapai 60.000 ha yang tersebar di beberapa titik seperti Temanggung, Jawa Tengah; Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat; Enrekang, Sulawesi Selatan; dan Solok, Sumatra Barat.

Tercatat, Pagu Indikatif Tahun Anggaran 2017 Kementan sebesar Rp23,91 triliun. Adapun, untuk periode 2018, ditargetkan sebesar Rp22,65 triliun. (OL-6)

Bahas Program 2018, Mentan Kumpulkan 500 Kepala Dinas Pertanian

Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, menggelar Musyawarah Perencanaan Pembangunan Pertanian (Musrenbangtan) Nasional 2017. Sebanyak 500 kepala dinas (Kadis) pertanian seluruh Indonesia.

Dalam Musrenbangtan itu dibahas rencana anggaran dan rencana kerja Kementerian Pertanian 2018. Salah satunya mengembangkan produksi benih hortikultura dan perkebunan. Total anggaran untuk membiayai program ini sekitar Rp 2,1 triliun.

“Tahun 2018, tidak ada lagi pengadaan benih tapi diubah menjadi produksi benih. Lalu akan dibagikan secara gratis kepada masyarakat,” ungkap Amran di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Rabu (30/05/2017).

Guna mendukung program benih tersebut, Amran akan membangun sejumlah infrastruktur pembenihan. Dia berjanji, akan memaksimalkan anggaran yang dialokasikan APBN pada Kementerian Pertanian.

Dia menambahkan Indonesia telah swasembada beras, sementara tahun ini targetnya swasembada jagung.

“Kita telah tunjukkan pada dunia bahwa Indonesia berhasil konsumsi beras tanpa impor ini masuk tahun kedua. Ini kerja keras kita semua,” ujarnya.

Sementara itu kegiatan prioritas Kementerian Pertanian difokuskan pada alat dan mesin pertanian, alat pasca panen dan pengolahan hasil, sarana infrastruktur pertanian, produksi benih atau bibit, peningkatan produksi, pengembangan kawasan serta dukungan penyuluhan dan pasar. (hns/hns)

Tahun 2018, Kementan Jalankan Program Diversfikasi Pangan

Guna menurunkan angka konsumsi pada pangan pokok seperti beras hingga terigu, Kementerian Pertanian ( Kementan) menyatakan siap menjalankan program diversifikasi pangan pada 2018 mendatang.

“Mulai 2018 kami mulai gerakkan kembali diversifikasi pangan, selama ini hanya kampanye saja,” ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi di Gedung Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (24/10/2017).

Agung mengatakan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman telah memberikan perintah agar diversifikasi pangan bisa dilaksanakan pada 2018 mendatang.

“Ada roadmapnya, kami punya target kira-kira 16 provinsi yang mempunyai potensi pangan lokal dan itu yang akan kami angkat,” kata Agung.

Kemudian, untuk komoditas yang akan dikembangkan diantaranya, sagu, gembili, ganyong, kemudian garut, hingga singkong.

Agung menambahkan, selain mendorong pengembangan komoditas bahan pangan selain beras, pihaknya juga akan mengembangkan dari sisi pengolahan. Sebab selama ini mulai dari petani hingga industri rumahan hanya sebatas produksi dan belum melihat lebih jauh seperti cita rasa, hingga kemasan produk.

“Diversifikasi akan memulai dari pengolahan, artinya mulai dari bentuk olahan seperti apa yang tentu kriterianya ada dua, pertama masalah rasa, yang kedua tentu masalah harga, kami upayakan, inovasi yang kami lalukan mampu pula menenkan biaya produksi,” kata Agung.

Sedangkan dari sisi anggaran, Agung enggan menjelaskan lebih kanjut terkait berapa besaran pagu anggaran yang disiapkan untuk program diversifikasi pangan pada 2018 mendatang.

“Insya Allah tahun depan kami berikan, ini Kementan anggarannya ada tetapi tidak saya sebutkan dahulu,” jelas Agung.

KKP: Stok Ikan Diharapkan 11 Juta Ton di 2018

Pemerintah berharap stok sumber daya ikan 2018 naik menjadi 11 juta ton dari saat ini 9,9 juta ton.

Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja peningkatan stok ikan lestari itu menjadi prioritas dan program DJPT ke depan. Dia meminta unit kerja teknis membantu merevitalisasi sumber daya ikan agar pulih seperti sedia kala.

“Caranya bagaimana? Ya kita atur hasil tangkapannya, kita atur alat penangkapannya hingga pencatatan jumlah produksinya. Harus baik,” katanya saat memberi arahan kepada pegawai DJPT yang dipublikasikan melalui keterangan resmi, Selasa (7 Maret 2017).

Seiring dengan itu, target produksi perikanan tangkap harus naik 30% dari tahun sebelumnya. Seperti diketahui, produksi perikanan tangkap 2016 sebanyak 6,8 juta ton.

Sjarief ingin agar DJPT membuka kantor regional wilayah pengelolaan perikanan (WPP) dan menjadikan pangkalan pendaratan ikan sebagai acuan dalam pengambilan data perikanan.

Kualitas revitalisasi perairan umum daratan juga akan diperbaiki dengan melakukan penebaran benih yang unggul dengan harapan sungai, waduk, danau, dan perairan umum daratan lainnya dapat dijadikan area tangkapan ikan alias tidak hanya menjadi area budidaya.

“Kita buat festival perairan umum daratan seperti festival Danau Toba atau festival Serayu. Kawasan Sungai Musi hulunya kita tebar benih, di bawah jembatan Ampera kita bangun pangkalan pendaratan ikan, kita siapkan petugas pencatatan perairan umum daratan,” paparnya.

Satgas Pangan: Stok Beras Nasional Aman Hingga Maret 2018

Ketua Tim Satgas Ketahanan Pangan RI, Irjen Eko Hadi Sutedjo, mengatakan stok beras di Indonesia aman hingga Maret tahun depan.

“Cukup sampai bulan Maret 2018 nanti. Kondisinya (beras) baik,” ucap Eko kepada wartawan di Gudang Bulog Garut, Tarogong Kidul, Selasa (12/9).

Eko menjelaskan ketersedian stok beras nasional mencapai 1,7 juta ton. Sementara di Garut sendiri, stok beras mencapai 9 ribu ton. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kesiapan mitra untuk memasok berasnya ke Bulog.

“Rekanan dan mitra Bulog di Garut mempunyai satu kesanggupan mendistribusikan berasnya ke Bulog. Mereka menyadari pentingnya ketahanan pangan di Indonesia,” katanya.

Kendati demikian, Eko mengatakan saat ini mitra bulog mengalami sedikit kesulitan dalam produksi beras.

“Kesulitannya karena cuaca panas dan panen tidak maksimum. Tapi untuk panen selanjutnya akan bagus,” ujarnya.

Dalam kedatangannya ini, Eko juga mengingatkan para produsen akan pentingnya menjaga ketahanan pangan di Indonesia.

“Pentingnya ketahanan pangan, tujuannya untuk meyakinkan ketersediaan pangan di Indonesia ini cukup. Untuk menentukan apakah kita perlu impor atau tidak,” tutupnya. (mca/mca)