Tahun 2018, Kementan Jalankan Program Diversfikasi Pangan

Guna menurunkan angka konsumsi pada pangan pokok seperti beras hingga terigu, Kementerian Pertanian ( Kementan) menyatakan siap menjalankan program diversifikasi pangan pada 2018 mendatang.

“Mulai 2018 kami mulai gerakkan kembali diversifikasi pangan, selama ini hanya kampanye saja,” ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan) Agung Hendriadi di Gedung Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (24/10/2017).

Agung mengatakan, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman telah memberikan perintah agar diversifikasi pangan bisa dilaksanakan pada 2018 mendatang.

“Ada roadmapnya, kami punya target kira-kira 16 provinsi yang mempunyai potensi pangan lokal dan itu yang akan kami angkat,” kata Agung.

Kemudian, untuk komoditas yang akan dikembangkan diantaranya, sagu, gembili, ganyong, kemudian garut, hingga singkong.

Agung menambahkan, selain mendorong pengembangan komoditas bahan pangan selain beras, pihaknya juga akan mengembangkan dari sisi pengolahan. Sebab selama ini mulai dari petani hingga industri rumahan hanya sebatas produksi dan belum melihat lebih jauh seperti cita rasa, hingga kemasan produk.

“Diversifikasi akan memulai dari pengolahan, artinya mulai dari bentuk olahan seperti apa yang tentu kriterianya ada dua, pertama masalah rasa, yang kedua tentu masalah harga, kami upayakan, inovasi yang kami lalukan mampu pula menenkan biaya produksi,” kata Agung.

Sedangkan dari sisi anggaran, Agung enggan menjelaskan lebih kanjut terkait berapa besaran pagu anggaran yang disiapkan untuk program diversifikasi pangan pada 2018 mendatang.

“Insya Allah tahun depan kami berikan, ini Kementan anggarannya ada tetapi tidak saya sebutkan dahulu,” jelas Agung.

KKP: Stok Ikan Diharapkan 11 Juta Ton di 2018

Pemerintah berharap stok sumber daya ikan 2018 naik menjadi 11 juta ton dari saat ini 9,9 juta ton.

Dirjen Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja peningkatan stok ikan lestari itu menjadi prioritas dan program DJPT ke depan. Dia meminta unit kerja teknis membantu merevitalisasi sumber daya ikan agar pulih seperti sedia kala.

“Caranya bagaimana? Ya kita atur hasil tangkapannya, kita atur alat penangkapannya hingga pencatatan jumlah produksinya. Harus baik,” katanya saat memberi arahan kepada pegawai DJPT yang dipublikasikan melalui keterangan resmi, Selasa (7 Maret 2017).

Seiring dengan itu, target produksi perikanan tangkap harus naik 30% dari tahun sebelumnya. Seperti diketahui, produksi perikanan tangkap 2016 sebanyak 6,8 juta ton.

Sjarief ingin agar DJPT membuka kantor regional wilayah pengelolaan perikanan (WPP) dan menjadikan pangkalan pendaratan ikan sebagai acuan dalam pengambilan data perikanan.

Kualitas revitalisasi perairan umum daratan juga akan diperbaiki dengan melakukan penebaran benih yang unggul dengan harapan sungai, waduk, danau, dan perairan umum daratan lainnya dapat dijadikan area tangkapan ikan alias tidak hanya menjadi area budidaya.

“Kita buat festival perairan umum daratan seperti festival Danau Toba atau festival Serayu. Kawasan Sungai Musi hulunya kita tebar benih, di bawah jembatan Ampera kita bangun pangkalan pendaratan ikan, kita siapkan petugas pencatatan perairan umum daratan,” paparnya.

Satgas Pangan: Stok Beras Nasional Aman Hingga Maret 2018

Ketua Tim Satgas Ketahanan Pangan RI, Irjen Eko Hadi Sutedjo, mengatakan stok beras di Indonesia aman hingga Maret tahun depan.

“Cukup sampai bulan Maret 2018 nanti. Kondisinya (beras) baik,” ucap Eko kepada wartawan di Gudang Bulog Garut, Tarogong Kidul, Selasa (12/9).

Eko menjelaskan ketersedian stok beras nasional mencapai 1,7 juta ton. Sementara di Garut sendiri, stok beras mencapai 9 ribu ton. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kesiapan mitra untuk memasok berasnya ke Bulog.

“Rekanan dan mitra Bulog di Garut mempunyai satu kesanggupan mendistribusikan berasnya ke Bulog. Mereka menyadari pentingnya ketahanan pangan di Indonesia,” katanya.

Kendati demikian, Eko mengatakan saat ini mitra bulog mengalami sedikit kesulitan dalam produksi beras.

“Kesulitannya karena cuaca panas dan panen tidak maksimum. Tapi untuk panen selanjutnya akan bagus,” ujarnya.

Dalam kedatangannya ini, Eko juga mengingatkan para produsen akan pentingnya menjaga ketahanan pangan di Indonesia.

“Pentingnya ketahanan pangan, tujuannya untuk meyakinkan ketersediaan pangan di Indonesia ini cukup. Untuk menentukan apakah kita perlu impor atau tidak,” tutupnya. (mca/mca)

Hasil Seleksi Administrasi CPNS Kementerian Pertanian Tahun 2017

Berdasarkan hasil keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 74 Tahun 2017 Tanggal 31 Agustus 2017 Tentang Kebutuhan Aparatur Sipil Negara di lingkup Kementerian Pertanian dan Pengumuman nomor 3399/Kp.110/A/2017 tentang pelaksanaan seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun Anggaran 2017, Setelah dilakukan verifikasi administrasi secara online, maka panitia seleksi CPNS Kementerian Pertanian Tahun 2017 menetapkan sebagai berikut :

Pengumuman Administrasi CPNS

Lampiran Pengumuman Peserta Lulus

Lebih Detail

Domba Wonosobo

Domba wonosobo merupakan hasil persilangan antara Domba Leicerter Longwoll dan Domba Lincoln dengan domba lokal Belanda. Domba ini masuk ke Indonesia sejak tahun 1955. Di Jawa Tengah perkembangannya ada di dataran tinggi Wonosobo yaitu di Desa Kwadungan Kec. Kalijajar. Pada tanggal 9 Maret 2006 Presiden RI mencanangkan domba ini dengan nama Domba Wonosobo Texel atau disebut Dombos dan di tahun 2011 oleh Menteri Pertanian ditetapkan sebagai Sumber Daya Ginetik Ternak Lokal Indonesia melalui SK Menteri Pertanian No 2915/kpts/OT.140/6/2011

Kontes Open Regional Jawa Tengah 2017

Kambing jenis Etawa ras Kaligesing asal Wonosobo berjaya di kontes Open Regional Jawa Tengah 2017, yang digelar di Lapangan Sampih, Desa Sukoharjo, Kecamatan Sukoharjo, Minggu (16/7). Dalam kontes yang digelar Pemkab bersama Perkkanas dalam rangka Hari Jadi ke-192 Wonosobo tersebut, etawa lokal berhasil keluar sebagai Juara di empat kelas, dari 8 kelas yang dilombakan. Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Drh Sidik Driyono ketika ditemui di kantornya, Senin (17/7) menyebut 4 kelas yang dijuarai etawa Wonosobo adalah kelas Betina A, Betina B, Betina D, dan Jantan A. “Para juara berasal dari 4 Kecamatan berbeda, yaitu Sapuran, Wadaslintang, Sukoharjo dan Watumalang, setelah menyisihkan peserta lain dari berbagai daerah di Jawa Tengah,” terang Sidik.

Kontes Open Regional, dijelaskan Sidik sudah menjadi even rutin tahunan pada setiap agenda Hari Jadi Kabupaten Wonosobo. Tujuan dari gelaran kontes tersebut, menurutnya adalah untuk memupuk semangat para peternak dalam membudidayakan etawa di Wonosobo. Potensi ternak, khsususnya jenis kambing etawa diakui Sidik mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga peternak, karena saat ini populasi kambing dinilainya semakin meningkat. “Secara populasi, kambing di Wonosobo saat ini berada di angka 156.476 ekor, jauh di atas populasi sapi yang berjumlah 21.580 ekor, serta masih di atas domba yang ada di angka 100.518,” bebernya. Gambaran potensi ternak tersebut, diungkap Sidik terlihat pada sepanjang Bulan Ramadhan dan Syawal lalu, ketika masyarakat memotong lebih dari 1.700 sapi, yang secara nilai lebih dari 32 Milyar Rupiah.

Selain menggelar kontes etawa, menurut Sidik pihaknya juga membuka kesempatan bagi para pemilik Domba lokal Wonosobo, atau yang biasa disebut Dombos untuk mengikuti lomba. Di kategori Domba lokal, Sidik mengatakan para peternak dari Kecamatan Kalikajar mendominasi kejuaraan, dimana hampir semua kategori juara direbut mereka. Pihaknya berharap agar di masa mendatang, semakin banyak peternak yang turut dalam lomba, dan dengan kualitas yang semakin baik. “Ekonomi keluarga juga akan meningkat seiring peningkatan kualitas ternak,” pungkasnya.

(Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Wonosobo)

Festival Kopi Wonosobo 2017

Para petani kopi pamerkan biji kopi unggulan dalam ajang festival kopi Wonosobo 2017 yang diadakan di Pendopo Kabupaten Wonosobo.

 

Wonosobo diyakini oleh beberapa pecinta kopi dunia sebagai wilayah yang mampu menghasilkan kopi terbaik. Hal tersebut disampaikan oleh Jaringan Diaspora Indonesia Region Kuwait ketika berkunjung ke Wonosobo, Jum’at (8/9). Bahkan pihak Diaspora mengaku siap membantu mengenalkan kopi Wonosobo untuk dikenalkan di daerah Timur Tengah lantaran kopi asal Wonosobo memilik aroma yang khas dan sudah dikenal sebagai kopi yang terbaik. Head Of Profession And Expertise Division Indonesia Diasporan Network Region Kuwait, Bogi Haryo Nugroho menyebut pengenalan kopi asal Wonosobo akan dilakukan dalam waktu dekat diantaranya melalui festival kopi di Kuwait. “Kami tertarik dengan kopi Wonosobo, setelah melihat sejumlah pameran kopi yang dihelat di Yogyakarta, ternyata banyak penyeduh kopi (barista) yang merekomendasikan bahwa kopi terbaik berasal dari Kabupaten Wonosobo,” terang Bogi..
Ketika Pria yang sudah tinggal 8 tahun berdomisili di Kuwait itu mendapat jawaban dari Barista asal Jogja, ia mengaku kaget, karena Wonosobo merupakan tanah kelahirannya. Bogi juga mengatakan bahwa peluang pasar kopi di kawasan Timur Tengah terbuka luas, utamanya di negara Kuwait. Bahkan kopi asal Indoensia yang masuk ke Timur Tengah masih sangat sedikit, dominasinya kopi sebagain besar dari Amerika dan Afrika. “Kami orang lapangan yang berinteraksi langsung dengan masyrakat luas disana. Apabila peluang ini dapat dioptimalkan oleh warga Indonesia khususnya Wonosobo, kami meyakini dapat mengangkat ekonomi masyarakat. Mengingat peluang tersebut menjanjikan. Tapi kami melihat orang-orang kita belum banyak yang mau mengambil peluang itu,” bebernya..
Sementara itu, penggiat kopi asal Wonosobo, Bayu mengemukakan bahwa peluang pasar yang begitu luas perlu menjadi perhatian semua pihak, utamanya petani kopi dan pemerintah Kabupaten. “Kita perlu menyikapi dan menyambut positif ajakan Diaspora Indoensia untuk mengenalkan kopi ke Kuwait,” ungkapnya.

.
Menurutnya, produksi kopi di Kabupaten Wonosobo sedikitnya mencapai 15 ton pertahun, dengan jumlah kopi specialty sebesar 3 ton. Kopi Wonosobo juga sudah masuk dalam MPIG kopi Sindoro Sumbing. Bahkan ketika Jogja ingin menjadi Kota Kopi, Wonosobo merupakan salah satu Kabupaten yang diajak oleh istri Sri Sultan Hamengkubuwono sebagai penyangga kopi terbaik. “Petani dan pelaku bisnis kopi harus bersatu.Tapi dilain sisi motivasi dan peran pemerintah perlu ditingkatkan,” harapnya.
.

Hal tersebut, Wakil Bupati Agus Subagiyo mengemukakan bahwa peluang yang diberikan oleh komunitas Diaspora Indonesia untuk mempromosikan kopi asal Wonosobo di Timur Tengah, khusunya negara Kuwait, perlu disambut dengan baik. Pihaknya meminta kepada dinas terkait untuk memetakan potensi dan juga pengembangan kopi di Kabupaten Wonosobo agar mampu memenuhi kebutuhan kopi berkualitas baik di dalam neger maupun ekspor ke luar negeri. “Ini kesempatan untuk mengenalkan kopi Wonosobo agar mendunia,” pungkasnya. (Ard)

Minapolitan Waduk Wadaslintang

 

Pemerintah Kabupaten Wonosobo merencanakan untuk menata waduk Wadaslintang agar ke depan mampu berperan menjadi sentra perikanan, alias Kawasan Minapolitan.

Rencana tersebut, menurut Kepala Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan dan Perikanan, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo, Heri Prasetya bakal diseriusi demi mengoptimalkan potensi yang dimiliki salah satu waduk terbesar di Asia Tenggara itu.

Ditemui di sela acara Fasilitasi dan Sosialisasi Pelestarian Waduk Wadaslintang, Selasa (6/12), Hery mengungkapkan pihaknya tengah berupaya untuk memberikan pemahaman kepada para Nelayan, terkait aturan mengenai penggunaan alat tangkap ikan yang benar.

“Melalui acara ini kami berharap agar para nelayan di kawasan waduk bisa mengerti bahwa ada aturan terkait penangkapan ikan, dan itu dilindungi oleh Peraturan Daerah,” tegasnya.

Acara yang dikemas dalam gelar sarasehan bersama Bupati Wonosobo tersebut, menurut Heri juga dimanfaatkan untuk menampung aspirasi para Nelayan, serta mencari solusi atas permasalahan-permasalahan yang muncul. Pemkab, ditegaskan Heri akan berupaya memberikan fasilitasi untuk meningkatkan kesejahteraan Nelayan di Waduk Wadaslintang. Fasilitasi yang dimaksud, di antaranya berupa penebaran ikan secara berkelanjutan serta bantuan sarana dan prasarana sesuai aturan yang berlaku.

Karenanya, seusai digelarnya sarasehan bersama para Nelayan, Heri mengaku pihaknya juga menebar tak kurang dari 292.500 ekor benih ikan, yang terdiri dari 150.000 ekor ikan jenis Nilem, dan 142.500 Ekor benih jenis Nila.

“Ini agar populasi ikan di Waduk Wadaslintang juga meningkat, sehingga produksi ikan tangkap juga kian bertambah setiap tahunnya,” terang Heri.

Inisiatif Pemkab melalui Dinas Pertanian dan Perikanan tersebut mendapat apresiasi dari para Nelayan Waduk Wadaslintang. Namun demikian, dalam acara itu mereka juga berharap agar Pemerintah membangun ataupun merehab Tempat pelalangan Ikan (TPI) di 4 titik, yaitu Erorejo, Sumbersari, Tritis dan Sumberejo. Hal itu, menurut para Nelayan penting demi terciptanya ketertiban pemasaran hasil ikan tangkapan.

Selain itu, Nelayan juga meminta Pemerintah merevisi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 28 Tahun 2002 tentang Perlindungan Terhadap Ikan. Revisi tersebut dimaksudkan agar Perda lebih relevan dengan perkembangan perikanan di Wonosobo. (Donny/DNA)

sumber: rri.co.id