Pemerintah Diminta Petakan Potensi Ternak Sapi

WONOSOBO – Produktivitas sapi potong lokal ternyata belum sepenuhnya terpetakan oleh pemkab Wonosobo. Buktinya, setiap ada kenaikan harga daging, pemerintah seakan tak punya taji dalam mengontrol harga di tataran lokal, dan terkesan malas menggelar operasi pasar. Tak hanya itu, tataniaga daging sapi lokal juga masih kalah jauh dengan daerah lain yang cenderung menguntungkan peternak lokal. Sehingga mayoritasw peternak sapi potong wonosobo lebih tergiur untuk menjual sapi kualitas terbaiknya ke luar daerah.

“Kalau setiap ada pasar hewan, peternak di sini sering bawa ke beberapa daerah. Di dalam kota sendiri agak lesu, kemungkinan karena pasokan daging dari luar. Sebenarnya dari peternak cukup melimpah, bahkan selalu ada stok. Keinginan kami, mudah saja, pemerintah harus lebih dekat dengan peternak di desa,” ungkap Sartono, peternak asal dusun Kayugan, desa Tempuran Duwur, kecamatan Sapuran, kemarin (1/2).

Menurut Sartono, para petani di desanya masih setia beternak karena nilai jual yang cukup menguntungkan. Dengan modal awal Rp6 juta saja, dalam tiga tahun bisa meraup untung kotor sedikitnya Rp30 juta. Namun alih-alih menjual ke pasar lokal, para peternak cenderung memilih pasar luar daerah seperti Banjarnegara, Salatiga, dan bahkan Solo karena dari nilai transaksi dan harga lebih menjanjikan.

“Di beberapa daerah sudah ada alur yang bagus bahkan hingga pemerintah setempat juga terlibat di pasar hewan untuk mengontrol harga. Kalau di sini sampai sapi usia siap potong mungkin agak sulit terjual, sehingga banyak peternak di wilayah lain yang beralih dari sapi ke kambing,” imbuhnya.

Ketersediaan pakan ternak berupa rumput gajah juga mendukung peternakan di Tempuran Duwur dan dengan kondisi alam yang masih hijau, para peternak bahkan sering membiarkan sapi-sapinya untuk mencari makan di sekitar kandang. Dalam setahun saja, Sartono mengaku bisa menjual hingga 25 ekor sapi dewasa, baik miliknya maupun milik sesama peternak setempat.

“Kalau di sini yang masih kurang memang produksi untu ksapi perah, karena memang butuh modal yang tidak sedikit dan alur distribusi yang tetap. Selain itu karena akses jalan ke beberapa daerah penghasil sapi perah masih sulit, sehingga membuat pengusaha memilih pasokan dari daerah lain yang siap pakai,” imbuh Miskun Peternak sapi perah Kayugan.

Selain untuk menyukupi kebutuhan susu anak sapi miliknya sendiri, Miskun juga memanfaatkan susu sapi untuk kebutuhan keluarga dan belum berencana untuk menjualnya, seperti di kelompok tani lain. Menurut Miskun, kualitas air, ketersediaan rumput, dan juga lahan menjadi keunggulan dusun kayugan memiliki produktivitas tinggi dan diharapkannya bisa dimanfaatkan para peternak muda. (win-https://wonosoboekspres.wordpress.com)