Kecamatan Sukoharjo Andalan Pertanian di Wonosobo

Sukoharjo dan Kalibawang boleh dibilang merupakan wilayah kecamatan yang relatif masih baru di Kabupaten Wonosobo di antara 12 kecamatan lain yang lebih dulu ada. Tetapi meskipun masih tergolong baru, perkembangannya cukup pesat, terutama dalam bidang pendidikan dan pertanian.

Kecamatan Sukoharjo berdiri 18 Juli 2001 sedang Kecamatan Kalibawang lahir dua tahun berikutnya, tepatnya 19 Juli 2003. Hingga kini Sukoharjo terhitung hampir berumur 12 tahun dan Kalibawang menapak usia 10 tahun.

Setiap 18 dan 19 Juli, dua kecamatan tersebut menggelar perhelatan hari jadi. Berbagai acara digeber di sana. Dari acara selamatan, pesta rakyat, pemeran potensi daerah hingga pertunjukan kesenian lokal.

Dalam peringatan hari jadinya, Sukoharjo pernah mencatat rekor MURI dengan membikin dodol salak pondoh terpanjang di Indonesia. Dodol dibungkus dalam plastik dan mencapai panjang hingga 500 meter.

Wilayah Terpencil Pemekaran dua wilayah Kecamatan Sukoharjo dan Kalibawang merupakan langkah yang tepat. Sebab, sebelumnya, desa-desa di dua kecamatan tersebut merupakan daerah terpencil, yang jauh dari akses pembangunan dan riuh-rendah keramaian kota.

Dulu 17 desa yang kini masuk di wilayah Kecamatan Sukoharjo, ikut Kecamatan Leksono. Jarak tempuh desa-desa tersebut dengan kecamatan lama cukup jauh, mencapai puluhan kilometer. Kini setelah ada kecamatan baru, jaraknya menjadi lebih dekat.

Sebelum ada pemekaran kecamatan, infrastruktur yang ada, berupa jalan, listrik, sarana kesehatan dan pendidikan sangat memprihatinkan.

Jalan masih sempit dan berupa tanah. Kondisi jalan yang tidak memenuhi syarat, tentu memengaruhi gerak ekonomi warga setempat. Saat ini sebagian jalan sudak diaspal (hotmix) , meskipun ada sebagian wilayah yang rusak berat dan terkesan diabaikan oleh yan berwenang dam pembangunan infrastruktur.

Semangat anak-anak untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi juga rendah.

Kalaupun ada anak-anak yang terpaksa harus melanjutkan sekolah SMP hingga SMA musti berjalan kaki cukup jauh. Ini tentu sangat mempengaruhi tersedianya SDM di desa yang mumpuni.

Pusat Kesehatan Desa (PKD) di desa-desa juga belum ada. Maka wajar jika kesadaran warga menyangkut masalah kesehatan masih lemah.

Jika ada warga yang hendak dirawat di rumah sakit, harus ditandu dan melawati jalan tanah naik turun.
Kondisi tak jauh beda dialami warga Kalibawang.

Sebelum lahir kecamatan baru, 8 desa yang kini masuk wilayah kecamatan Kalibawang merupakan desa yang masuk di tiga kecamatan lama yakni Kaliwiro, Sapuran dan Kepil.

Pembentukan dua kecamatan baru sangat membantu aktivitas warga. Pasalnya, pelayanan administrasi kependudukan menjadi kian dekat. Anak-anak yang mau melanjutkan sekolah juga tidak perlu jauh-jauh ke Wonosobo.

Banyak Potensi Sebelum dibentuk kecamatan baru, Sukoharjo dan Kalibawang kerap dipandang sebelah mata. Sebagai daerah terpencil dan tak punya potensi yang diandalkan. SDM masyarakat setempat juga dianggap rendah.

Seiring berjalannya waktu, kini semua telah berubah. Sukoharjo yang dulu daerah terisolir dan tak punya potensi, saat ini telah disulap menjadi daerah andalan pertanian di Wonosobo.

Hal itu terjadi, sejak dibentuk kecamatan baru, ternyata semangat warga untuk membangun dan memberdayakan daerahnya sangat tinggi. Lahan-lahan yang dulu hanya ditanami ketela, telah dialihubah menjadi lahan buah-buahan.

Sukoharjo pun lambat laun menjadi daerah yang tersohor sebagai sentra salak pondoh, pisang, durian, petai dan nangka di Wonosobo. Bahkan karena potensinya, oleh Pemkab Wonosobo, Sukoharjo ditetapkan sebagai kawasan agropolitan Rojonoto.

Masuk dalam kawasan agropolitan Rojonoto karena Sukoharjo terhitung sebagai basis aneka produk pertanian unggulan di Wonosobo bersama kecamatan Kaliwiro, Leksono dan Selomerto.

Jika orang bilang salak pondoh di Wonosobo, sudah tentu kiblatnya pasti ke Sukoharjo.

Bahkan belakangan ini, warga Sukoharjo sudah mulai melakukan inovasi baru terkait pengolahan hasil pertanian, yakni dengan memproduksi dodol, sirup dan keripik salak pondoh.

Seolah tak mau kalah, Kalibawang bersicepat lari dari ketertinggalannya. Semangat warga Kalibawang membudiayakan vanili, cabe, kelapa, kayu albasia dan tanaman kopi, sebagai potensi pertanian di sana patut dicontoh.

Apalagi, dari tahun ke tahun, harga komoditas pertanian tersebut mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Produk industri rumahan gula aren oleh warga Mergolangu Kalibawang perlu terus dikembangkan.

Mengingat gula aren termasuk langka, karena tidak setiap daerah bisa memproduksi.

Kini seolah-olah Sukoharjo dan Kalibawang tengah bangkit menjadi daerah Agropolitan.

(http://lint4ng4yu.blogspot.co.id)