KEMBALIKAN KEJAYAAN BAWANG PUTIH DI KABUPATEN WONOSOBO

KEMBALIKAN KEJAYAAN BAWANG PUTIH DI KABUPATEN WONOSOBO

 Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Dinas Pangan,Pertanian dan Perikanan terus berupaya untuk mengembalikan kejayaan bawang putih. Salah satu caranya dengan budidaya bawang putih kemitraan di beberapa kecamatan di Wonosobo. Ada tujuh kecamatan yang menjadi sentra budidaya bawang putih kemitraan, yaitu kecamatan Kepil, Sapuran, Kalikajar, Kertek, Watumalang, Garung dan Kejajar. Hal ini sejalan dengan upaya Kementerian Pertanian membangkitkan kembali bawang putih menuju swasembada 2021.

Direktur Jenderal Hortikultura,Suwandi, mengapresiasi upaya importir, dinas dan petani Wonosobo membangkitkan penanaman bawang putih. “Kementan punya program unik dan keren. Importir yang biasanya berdagang dan impor, sekarang malah bahu membahu dengan petani tanam di dalam negeri melalui kemitraan”, ujar Suwandi saat melakukan Panen Perdana bawang putih kerjasama kelompok tani dengan importir di Pagerejo Kertek Wonosobo, Sabtu (23/2/2018).

Suwandi berharap agar Kabupaten Wonosobo bisa mendukung swasembada 2021. Sebab memiliki lokasi yang cocok, tanahnya subur dan hasilnya bagus. Dengan varietas lokal, hasil panennya bisa mencapai 12 hingga 14 ton per hektar. “Ini bagus. APBN 2019 kami alokasikan 50 hektar. Saya targetkan 1.000 hektar tertanam di Wonosobo,” ucapnya. Suwandi menegaskan seluruh hasil panen bawang putih di Indonesia tahun 2019 hingga 2020 masih akan difokuskan untuk benih. Pihaknya memperkirakan, tahun 2019 secara nasional akan ditanam bawang putih minimal 25 ribu hektar, terdiri APBN sebesar 10.425 hektar, wajib tanam importir 8.000 hektar dan sisanya dari investor dan swadaya masyarakat.

“Tahun 2021 kita targetkan mampu tanam 100 ribu hektar sehingga swasembada benar-benar terwujud, baik konsumsi maupun benih. Ini proses mengembalikan kejayaan bawang putih nasional kita. Ini kerja hebat yang perlu keterlibatan semua pihak,” tegas dia.

Bupati Wonosobo, Eko Purnomo, yang ikut dalam acara panen perdana menyambut baik program swasembada bawang putih yang dicanangkan pemerintah. Eko menyebut wilayahnya memiliki potensi lahan yang cocok untuk bawang putih seluas 3.750 ha namun belum dikelola optimal. “Faktanya dulu Wonosobo dikenal sebagai sentra besar bawang putih, banyak ditanam varietas lokal yaitu Lengkong Kuning. Pusatnya di Kecamatan Kertek, Garung,Kalikajar, Sapuran dan Watumalang. Seperti halnya nasib sentra lain, gara-gara impor besar-besaran lambat laun bawang putih Wonosobo jadi tenggelam,” tutur Eko “Terimakasih kepada para importir yang sudah bermitra dengan petani Wonosobo sehingga bawang putih bisa kembali bangkit,” pintanya. Menurut Eko, tidak mudah meyakinkan petani untuk mau tanam lagi bawang putih. Namun sejak ada program kemitraan dengan importir sekarang mulai menggeliat lagi. Sementara ini sudah ada 380 hektar bawang putih kemitraan oleh 11 importir dan akan terus meluas.”Panen hari ini seluas 50 hektar varietas lumbu kuning, hasilnya bagus sekali. Petani senang dan makin semangat tanam bawang putih,” akuinya.

Wakil Direksi PT Maju Makmur jaya Kurnia, Finan, mengaku bangga dengan petani Wonosobo yang semangat menanam bawang putih. Pihaknya berharap kemitraan ini bisa menjadi contoh, dan bisa diperluas lagi di masa-masa berikutnya. Kami sebagai pelaku usaha siap mengikuti aturan dan program pemerintah,” kata dia.

Dalam penjelasannya lebih lanjut Direktur Jenderal Hortikultura,Suwandi, menyatakan bahwa kunci untuk budidaya bawang putih adalah penggunaan bibit unggul,pola tanam yang sesuai dan penggunaan pestisida ramah lingkungan.

Produksi, Angka Inflasi, dan Ketahanan Pangan Bangsa

KEMENTERIAN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA·JUMAT, 28 DESEMBER 2018

Pengendalian laju inflasi harga bahan pangan dari sisi penawaran sangat berhubungan dengan sistem produksi pertanian. Secara singkat, sistem produksi pertanian, manajemen logistik, distribusi/ perdagangan pangan masih tetap relevan dalam pengendalian laju inflasi di Indonesia.
Untuk 2018, sejak awal tahun Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyampaikan janji Pemerintah untuk menjaga pengaruh harga pangan yang bergejolak (volatile food) terhadap inflasi. Bagaimana hasilnya? Sepanjang 2018 boleh dikatakan harga bahan pangan relatif stabil. Bahkan pada jelang dan pasca hari Lebaran Idul Fitri tak ada gejolak yang berarti.
Badan Pusat Statistik (BPS) memang mencatat harga beras mengalami kenaikan antara 1,3 samai 2,52 persen pada November 2018. Baik beras kualitas premium, medium, maupun rendah. Namun begitu, Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di Gedung BPS Senin (3/12/2018) mengatakan, tingjat harga ini masih wajar karena tidak jauh berbeda dengan harga beras pada periode sama tahun 2017 (year on year).
November 2018 tingkat inflasi pangan bahkan lebih rendah daripada bulan Oktober. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya bulan November biasanya harga lebih tinggi karena mendekati akhir tahun.
Catatan BPS ini sedikit banyak menunjukkan hasil positif kinerja pemerintah khususnya Kementerian Pertanian dalam menjaga produksi dan mempertahankan stok pangan untuk stabilitas harga di pasar.
Pekerjaan terus berlanjut, tugas pemerintah belum selesai. Misi menjaga angka inflasi menjadi genting di penghujung masa Pemeritahan yang berjalan. Isu-isu politik yang mewarnai Pemilu nasional, akan menjadi tantangan lain.
Di tengah upaya berkelanjutan ini, para pakar dan pengamat memberi perhatian penuh dengan menyampaikan pandangan-pandangannya.
Di antaranya Dwi Andreas, Pengamat yang begitu aktif mengungkapkan perhatiannya pada pertanian Indonesia. Andreas menyampaikan keraguannya pada target produksi padi, jagung, dan kedelai (Pajale) tahun 2019. Masing-masing padi 84 juta ton, jagung 33 juta ton, kedelai 2,8 juta ton.
Menurutnya, dengan data luas lahan BPS yang baru menggunakan pendekatan KSA, target ini sulit tercapai. (Fajar Indonesia Network, Kamis (6/12/2018).
Kendati demikian, ia tetap optimistis prospek pertanian pada tahun 2019 tidak ada permasalahan yang serius sehingga ada potensi peningkatkan produksi.
Koreksi Target Produksi 2019
Pemerintah sebenarnya juga tetap menjaga kehati-hatian. Dua hari sebelum pandangan Andreas muncul di laman berita, Kepala Biro Perencanaan Kementan Kasdi Subagyono menyebut Kementan dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) masih melakukan pembahasan terkait koreksi target produksi padi 2019. Koreksi diperlukan menyusul diterbitkannya data baru produksi padi/beras nasional hasil penyempurnaan oleh BPS bekerja sama dengan Kementerian ATR/BPN, BIG, dan LAPAN.
“Pada 2019, target produksi padi 84 juta ton, data ini masih akan dikoreksi. Saat ini, kami masih melakukan pembahasan dengan Bappenas untuk penentuan target 2019. Proses korektif sedang berjalan, formulasinya sedang di-exercise, sambil proses pengecekan lapangan kita lakukan,” kata Kasdi usai diskusi Kinerja Pertanian Tahun 2018 dan Proyeksi Tahun 2019 di Jakarta, Selasa (4/12/2018).
Penjelasan Kasdi, penyusunan formulasi penentuan target produksi padi 2019 dilakukan dengan memperhitungkan perspektif biotik dan abiotik. Faktor-faktor menyangkut aspek produksi seperti lahan dan produktivitas, SDM (petani), investasi infrastruktur dan alsintan (peralatan mesin dan pertanian), iklim, bahkan politik. Formulasi ini agak complicated karena tidak linier sehingga dinamis.
 Mengacu data produksi padi hasil penyempurnaan BPS yang dirilis pada 22 Oktober 2018, hingga September 2018, luas panen padi nasional adalah 9,50 juta hektare (ha). Sedangkan dengan memperhitungkan potensi sampai Desember 2018 maka luas panen tahun ini diperkirakan mencapai 10,90 juta ha. Dari angka tersebut, produksi gabah kering giling (GKG) nasional hingga September 2018 ditaksir mencapai 49,65 juta ton dan diperkirakan potensi produksi sampai Desember 2018 sebesar 56,54 juta ton GKG atau setara dengan 32,42 juta ton beras.
Petani Optimistis Target Produksi Tercapai
Bagaimana suara petani, sebagai pihak yang secara teknis melakoni proses produksi? Benarkah target produksi 2019 – yang kini masih dievaluasi untuk koreksi – sulit tercapai? Ketua Umum Serikat Tani Nasional Ahmad Rifai melihat target produksi sebagai upaya pemerintah meningkatkan kesejahteraan petani. Dan dari sisi petani menurutnya ini jelas sudah benar.
Agar target produksi pangan tercapai, Rifai memberi catatan agar pemerintah menyiapkan cara atau percepatan dengan memberi modal dan teknologi kepada petani secara langsung.
“Target itu harus mendapat dukungan banyak pihak, dan menggunakan taktik juga,” katanya. Rifai meminta agar semua pihak mengeluarkan pernyataan positif, bukan justru mematahkan semangat petani. Baginya, yang sangat diperlukan oleh bangsa kita hari ini bukan mengeluarkan pernyataan-pernyataan lain.
Pemerintah menuai dukungan petani. Selain petani padi, optimisme juga mengalir dari petani jagung dan kedelai. Menurut Ketua Asosiasi Petani Jagung Solahudin, target itu harus jelas dan dilakukan upaya untuk dicapai. Bahwa di lapangan ada kendala tikus atau faktor alam adalah lain hal. Begitupula petani kedelai dan pengrajin tahu tempe, satu suara mengingat kedelai termasuk kebutuhan pokok masyarakat Indonesia.
“Iya dong kita harus mendukungnya. Kan kita ingin para petani kita hidup, baik secara kesejahteraan maupun secara pasokan,” kata Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifuddin, Kamis (20/12/2018).
Keresahan petani benar adanya. Target produksi Pajale 2019 memang harus mendapat restu dan dukungan semua pihak. Karena ketahanan pangan adalah isu besar bagi Indonesia yang dihuni penduduk yang tidak sedikit jumlahnya.
Mengutip apa yang disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati 2017 lalu, untuk mengemban misi besar ini Kementerian/ Lembaga lain seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) harus mengambil bagian membangun konektivitas untuk menyalurkan pangan. “Ketahanan pangan bukan hanya tugas Kementan. Juga harus bekerja keras sektor lain untuk hubungkan farm ke non farm atau lahan pertanian ke pasar,” ungkap Sri Mulyani.
Pemenuhan pangan untuk mengisi perut ratusan juta penduduk di tanah air juga bukan persoalan yang dapat diselesaikan satu – dua hari. Bangsa ini memerlukan dukungan tanpa adanya batas dan sekat antar sektor dan pihak baik pemerintah, akademisi – pakar/ ahli, bahkan rakyatnya sendiri. Dukungan dari semua pihak untuk memenuhi kebutuhan pangan kita bersama menjadi sesuatu yang penting dan sangat berharga. Bersama melangkah mewujudkan ketahanan dan stabilitas pangan yang menyejahterakan.

	

GEBYAR UPSUS SIWAB JADI MOMENTUM TINGKATKAN POPULASI TERNAK DI KABUPATEN WONOSOBO

Pemerintah Provinsi Jateng mengadakan gelar potensi peternakan dan gebyar upsus siwab yang dipusatkan di Kabupaten Batang, Jawa Tengah selama dua hari, 27 september hingga 28 september 2018. Kegiatan yang rutin digelar setiap tahunnya tersebut digadang mampu meningkatkan populasi ternak sapi dan kerbau di Indonesia serta mendukung program pemerintah dalam membudidayakan sapi dan kerbau.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Ir. Agus Wariyanto mengatakan sektor peternakan di Jawa Tengah mengalami kemajuan hal itu berdasarkan data laporan pelaksanaan Program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) pada tahun 2017 hingga melampaui target 100 persen lebih. Dalam sektor peternakan, Jawa Tengah berhasil merealisasikan 658.179 ekor akseptor sapi atau sebesar 127,81 persen dari target 514.984 ekor akseptor sapi, sehingga Provinsi Jawa Tengah berhasil memperoleh peringkat 1 (satu) Nasional untuk pelaksanaan program UPSUS SIWAB ini,” jelasnya.

Kabupaten Wonosobo memperoleh juara II dalam program UPSUS SIWAB tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2017. Penyerahan plakat dan piagam diserahkan langsung Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan kepada Kepala Dinas Pangan,Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo Ir. Abdul Munir,M.Si yang menghadiri acara tersebut.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan I Ketut Diarmita mengatakan pemerintah ingin mendorong semua peternakan dengan potensi keanekaragaman ternak di Indonesia. Melalui kegiatan gelar kontes dan “Upsus Siwab” ini juga diharapkan mampu meningkatkan populasi ternak dan keanekaragaman ternak.

KTNA WONOSOBO MENGIKUTI REMBUG UTAMA KTNA TINGKAT NASIONAL DI PANGKALPINANG PROVINSI BANGKA-BELITUNG

Rembug utama kelompok kontak tani nelayan andalan (KTNA) tingkat nasional ke-47 dan KTNA Expo IV dilaksanakan di Alun-alun Taman Merdeka Pangkalpinang, 21-24 September 2018.

Rembug Utama KTNA merupakan sarana bagi para pelaku bidang pertanian untuk saling berdiskusi dan berkonsolidasi guna menemukan solusi yang baik dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dalam dunia pertanian berskala daerah maupun nasional. Kegiatan ini juga sebagai upaya konsolidasi untuk pelaksanaan Pekan Nasional (Penas) Petani Nelayan ke-17 yang akan digelar di Bangka Belitung pada 2023.

Dalam rembug ini dibahas secara bersama terkait permasalahan harga komoditas hortikultura, langkah memperkuat peternakan dalam negeri, strategi dalam pemasaran global serta seminar temuan atau inovasi terbaru tentang pertanian. Kegiatan lain dalam Rembug Utama KTNA Nasional adalah dibentuknya asosiasi cabai, paparan dari setiap asosiasi tanaman hortikultura (jagung, padi, bawang merah). Selain itu ada gelar ekspo atau pameran pertanian, pariwisata, sepeda santai, serta lomba kicau burung.

Kabupaten Wonosobo dalam kesempatan ini mengirimkan 6 peserta terdiri dari 4 orang KTNA dan 2 orang pendamping dari Dinas. Dalam gelar ekspo  /pameran pertanian di Pangkalpinang, Kabupaten Wonosobo berkontribusi mengisi stand Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah berupa produk carica, purwaceng, gula kristal dan permen susu.

Monitoring dan Pemeriksaan Hewan Kurban di Kabupaten Wonosobo Tahun 2018

Petugas dari Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan (Dispaperkan) Kabupaten Wonosobo melaksanakan kegiatan pengawasan dan pemeriksaan ante dan post mortem hewan kurban menjelang dan selama hari Raya Idhul Adha. Hal ini dilaksanakan untuk melihat kesehatan hewan yang dipotong pada hari tahun 2018 ini.

Dari hasil pengawasan dan pemeriksaan masih ditemukan cacing hati pada hewan korban. Cacing hati itu ditemukan saat petugas melakukan monitoring di beberapa tempat pemotongan hewan kurban di wilayah  Kabupaten Wonosobo, Rabu (22/08/2018).

Dengan ditemukannya cacing hati di hati hewan kurban tersebut, Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dispaperkan Wonosobo, drh Sidik Driyono meminta supaya hati tersebut dimusnahkan karena sudah tidak layak konsumsi.

“Kami tadi mendapat laporan ada 12 ekor sapi terkena cacing hati saat melakukan pengecekan di RPH Wonosobo,hatinya langsung diafkir/dibuang dan 7 ekor sapi yang hanya sebagian terkena cacing sehingga tidak semua diafkir” ungkapnya

Tahun ini bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan menempatkan petugas  di 15 kecamatan yang ada di Kabupaten Wonosobo untuk berkeliling ke beberapa masjid dan perkampungan yang melakukan penyembelihan hewan kurban sehingga apabila ditemukan cacing hati atau penyakit hewan lainnya, maka bisa diantisipasi.  Khususwilayah Kota Wonosobo ada 12 orang yang terbagi menjadi 4 tim yang terjun untuk memeriksa di wilayah Kota Wonosobo.

“Kegiatan ini kami menurunkan 12 petugas dari Dinas yang kami bagi menjadi menjadi 4 tim. Selain itu ada 11 tim dari mahasiswa Unsiq Wonosobo dan di setiap kecamatan ada petugas kesehatan hewan,” bebernya.

 

Sidik juga mengimbau kepada masyarakat yang berkurban, untuk mewaspadai adanya penyakit cacing hati pada hewan kurban. Jika menemukan hati yang bercacing, ia meminta kepada masyarakat untuk langsung membuangnya karena sudah tidak layak konsumsi.

Selain cacing hati, petugas dinas juga banyak menyampaikan saran /masukan kepada panitia penyembelihan hewan kurban untuk tidak mencampur antara jeroan dengan daging.  hal ini dimaksudkan agar kualitas daging yang akan dikonsumsi oleh masyarakat luas tidak menurun dan berubah.

“Mudah-mudahan masyarakat bisa lebih memperhatikan kebersihan daging kurban, karena  juga masih ditemukan tempat penyembelihan yang tidak hygienis/bersih baik itu  tempat penyembelihan maupun tempat penanganan daging”

Dikarenakan jeroan merupakan bagian yang kotor dan banyak kotoran yang masih melekat sedangkan di sisi lain daging merupakan bahan makanan yang sangat disukai oleh bakteri sehingga ketika jeroan menempel daging sangat dimungkinkan kualitas daging akan menurun secara drastis.

Selain melakukan pengawasan, kegiatan ini juga untuk memastikan dampak pelatihan/sosialisasi juru sembelih halal yang beberapa waktu terakhir ini sudah dilaksanakan oleh Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan bersama MUI Kabupaten Wonosobo. Dari pengamatan yang dilakukan alhamdulillah sudah ada peningkatan pengelolaan kegiatan penyembelihan hewan kurban meskipun belum semuanya. Tapi minimal sudah ada efek positif dari kegiatan yang sudah dilakukan.

Hal ini juga diperkuat dengan adanya permintaan untuk mengikuti pelatihan/sosialisasi penyembelihan yang halal dan thoyyib dari beberapa masjid yang didatangi untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap baik masalah penyembelihan maupun kesrawannya.

Pemotongan hewan kurban sebenarnya sudah diatur dalam permentan nomor 114/Permentan/PD.410/2014 tentang Pemotongan Hewan Kurban sehingga untuk melaksanakan kegiatan tersebut bisa mengacu pada aturan tersebut. Namun demikian mamng perelu untuk memberikan pemahaman secara langsung kepada masyarakat tentang penyembelihan yang halal dan thoyyib dan pentingnya mempersiapkan sarana prasaran yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut.

Secara singkat pemotongan yang sesuai dengan syariat adalah dengan memutus saluran pencernaan, saluran pernafasan dan saluran darah (arteri dan vena) sehingga darah akan keluar  secara sempurna yang dilaksanakan dengan memperhatikan unsur kesejahteraan hewan. Salah satu unsur kesrawan adalah dengan merobohkan sapi tidak dengan kasar, dan menyembelih dengan menggunakan pisau yang tajam.

Semoga tahun mendatang pelaksanaan kegiatan penyembelihan tersebut bisa semakin baik.

Sumber : http://wonosobo.sorot.co

 

Puluhan Kader NU dan Takmir Masjid se-Garung Dilatih Sembelih Halal

Garung,(wonosobo.sorot.co)–Puluhan anggota Nahdlotul Ulama (NU) dan pengurus masjid se-Kecamatan Garung mendapat pelatihan sebagai juru sembelih halal (Juleha), Rabu (15/08/2018). Acara yang digelar di MTs Garung tersebut diadakan oleh Majlis Wakil Cabang (MWC) NU Garung bekerjasama dengan Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan (Dispaperkan) Wonosobo beserta Majelis Ulama Indonesia (MUI) Wonosobo.

Ketua Panitia Kegiatan, Ahmad Thohir mengatakan, pelatihan diikuti oleh 64 orang yang terdiri dari anggota NU dan takmir masjid di wilayah Kecamatan Garung. Ia berharap melalui pelatihan tersebut, para peserta mampu menghasilkan hewan sembelihan yang memenuhi unsur aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH).

Lebih lanjut, Thohir menyampaikan, penyembelihan yang dilakukan pada saat Idul adha merupakan suatu usaha untuk mematikan hewan dengan cara mengeluarkan darahnya sehingga menjadi halal dagingnya. Harapannya, agar semua juru sembelih di Kecamatan Garung khususnya warga NU bisa menyembelih dengan halal dan thoyyib.

Sementara itu, Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dispaperkan Wonosobo, Sigit Driyono menjelaskan, dalam pelatihan ini para calon juleha diajarkan untuk mengetahui bahwa penyembelihan yang menghasilkan daging asuh harus dilakukan dengan thayyib alias baik, tatmim atau sempurna, di antara dzabh alias ujung leher dan nahr atau pangkal leher.

Ia menuturkan penyembelihan menjadi titik kritis penentu apakah daging yang dihasilkan halal atau tidak. Hal itu, menurutnya merupakan salah satu tugas dari Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, yaitu menyediakan hewan kurban yang layak serta menghasilkan daging yang halal untuk dikonsumsi masyarakat.

Keikutsertaan Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo pada Gelar Promosi Agribisnis (GPA) ke-8 di Soropadan, Kabupaten Temanggung, 26-30 Juni 2018

Gelar Promosi Agribisnis (GPA) ke-8 di Soropadan, Kabupaten Temanggung, 26-30 Juni 2018 diselenggarakan oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah Yuni Astuti di Temanggung, Jumat, mengatakan tema GPA ke-8 ini adalah “Modernissi Pertanian Jawa Tengah Menuju Kedaulatan Pangan.

GPA ke-8 yang dibuka oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ini juga dihadiri staf ahli Menteri Pertanian Bidang Infrastruktur Pertanian Ani Andayani. Yuni menuturkan tema tersebut dimaksudkan untuk mendorong memanfaatkan aplikasi teknologi informasi dalam pembangunan pertanian setelah pembangunan pertanian melewati fase budi daya pertanian yaitu revolusi hijau dan mekanisasi. Ia mengatakan rangkaian kegiatan GPA selama 5 hari berupa pameran, yakni pameran teknologi pertanian, bursa komoditas pertanian unggulan, pameran sarana produksi pertanian, diselenggarakan seminar, sarasehan dan lokakarya, temu dagang, konsultasi perbankan dan lembaga keuangan. Dalam GPA ini juga ada klinik pertanian organik, temu dan kontak bisnis, serta lomba burung berkicau, merangkai tanaman obat, fotografi, cerdas cermat SMK pertanian, memancing, dan lomba stan.

Stan Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan Kabupaten Wonosobo mengangkat potensi unggulan pangan, pertanian dan perkebunan di Kabupaten Wonosobo. Komoditan yang ditonjolkan pada GPA tahun ini meliputi :

  1. Kentang dan olahannya;
  2. Carika dan olahannya;
  3. Susu dan Olahannya;
  4. Olahan Singkong;
  5. Kopi dan Olahannya;
  6. Purwaceng.

SOSIALISASI PEMETAAN LAHAN LP2B (LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN)

Melalui Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, pemerintah melakukan upaya pengendalian alih fungsi lahan pertanian pangan. Pemerintah telah menetapkan dalam UU tersebut bahwa Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) adalah bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsistem guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. LP2B dapat berupa lahan beririgasi, lahan reklamasi rawa pasang surut dan non pasang surut dan/atau lahan tidak beririgasi/lahan kering.

Pemerintah Kabupaten Wonosobo melalui Dinas Pangan P ertanian dan Perikanan berupaya untuk mensosialisasikan undang-undang tersebut kepada perangkat desa/kelurahan,PPL dan masyarakat.

Perencanaan LP2B diawali dengan penyusunan usulan perencanan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota yang dilakukan berdasarkan hasil inventarisasi, identifikasi dan penelitian. Dalam hal pemberian jaminan hukum, penetapan Rencana LP2B dimuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dan Rencana Tahunan kabupaten/Kegiatan Sosialisasi Pemetaan Lahan LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) dilaksanakan di BLK Wonosobo,  dibuka oleh Bapak Bupati Wonosobo dan dihadiri oleh Assisten Pembangunan Setda,Ketua Komisi B, Kepala Bagian Hukum Setda, Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Kantor Wilayah ATR/BPN Wonosobo dan tamu undangan.

PENYULUHAN DAN PENDAMPINGAN PETANI DAN PELAKU AGRIBISNIS (PELATIHAN PEMBUATAN TEPUNG MOCAF DAN TURUNANNYA) DI PLAYEN, GUNUNGKIDUL, DIY (26 – 28 JULI 2018)

Melimpahnya produksi ubi kayu / singkong di Kabupaten Wonosobo menjadikan komoditas tersebut sangat mudah ditemui di tiap pasar baik pasar kabupaten maupun kecamatan. Namun demikian pengelolaan komoditas tersebut di Kabupaten Wonosobo belum intensif dan masih dilakukan dengan cara tradisional dan dijual dalam bentuk mentah. Begitu pula penanganan panen dan pasca panennya masih sangat sederhana dimana kebanyakan dipasarkan dalam bentuk bahan mentah dengan nilai ekonomis rendah dan masa layak konsumsi yang terbatas.

Meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kesadaran masyarakat untuk memperoleh nilai tambah dari produk mentah, maka perlu dilakukan peningkatan SDM petani berupa magang dan pelatihan untuk membuka kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Produk pertanian tersebut dapat diolah dalam skala rumahtangga seperti tepung mocaf,beras analog,berbagai macam keripik,gatot instan,tiwul instan dan mie. Berdasarkan pertimbangan tersebut, perlu adanya peningkatan pengetahuan /ketrampilan petani melalui pelaksanaan pelatihan dan pendampingan petani dan pelaku agribisnis.

Pelatihan dilaksanakan selama 3 hari di Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S) Putri 21 Dsn. Sumberjo Kel. Ngawu Kec. Playen Kab. Gunungkidul oleh 35 orang peserta dari Kelompok Wanita Tani (KWT) dan pelaku usaha.

Ayo konsumsi produk ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal)

Kegiatan edukasi untuk anak : “Ayo konsumsi produk ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal)”. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan Fasilitasi Edukasi Konsumsi Bahan Pangan Asal Hewan yang ASUH. Diikuti sekitar 400 peserta yang berasal dari. 7 SD di sekitar Kalibeber.
Kegiatan yang dilaksanakan antara lain :
1. Ketangkasan;
2. Pengetahuan tentang protein hewani;
3. Menyanyi jingle gemar minum susu dan yel yel;
4. Edukasi penting nya konsumsi bahan pangan asal hewan yang ASUH bagi manusia.
Puncak acara adalah menyanyi jingle gemar minum susu bersama wakil bupati Wonosobo (Ir. Agus Subagyo, M.Si) beserta Forkompinda kabupaten Wonosobo. Juga dibagikan makanan yang berupa olahan susu, telor, dan olahan daging kepada semua undangan yang hadir.